Minggu, 23 Desember 2018

Wawali Makassar Hadiri Silatnas Rental Car Indonesia

Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal MI, menghadiri Silatnas Rental Car Indonesia (RCI) yang digelar di Hotel Ramayana, Makassar, Kamis (30/8/2018).

Silatnas tersebut merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan RCI guna mempererat ikatan silaturahim antar anggota RCI.

Dalam kesempatan tersebut, Deng Ical menyampaikan apresiasi sekaligus memaparkan tingkat pertumbuhan ekonomi rental mobil Makassar yang mampu tumbuh di angka 7-11 persen dalam rentan waktu 15 tahun terakhir.

"Perekonomiam di Kota Makassar tumbuh secara alami, berkat partisipasi seluruh elemen masyarakat di Kota Makassar, sehingga mampu berada di atas pertumbuhkan ekonomi nasional," ujarnya.
Wakil Walikota Makassar, Syamsu Risal membuka secara resmi acara Silatnas Rental Car Indonesia (RCI) yang berlangsung di Ramayana Hotel, Jl Gunung Bawakaraeng, Makassar, Kamis (30/8). Kegiatan ini dihadiri 40 peserta dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini dirangkaikan dengan Seminar dan Shering Bisnis Rental Car yang dihadiri oleh Ketua Umum RCI Eko Heri Purnomo, Sekjen RCI Khoirul Anam, Koperasi RCI Agus Subandrio dan Ketua Pelaksana Andi Arfan. Seminar tersebut membahas regulasi bisnis rental mobil sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan dan monopoli oleh pihak tertentu

Deng Ical menjelasakn, tingginya partisipasi masyarakat, menempatkan posisi pemerintah bukan lagi sebagai penentu peningkatan kesejahteraan.

Tetapi lebih pada fungsi sebagai regulator, membuat kebijakan dan aturan, agar segala bidang usaha dapat tumbuh berkembang secara sehat.

Selain itu, Deng Ical pun menaruh harapan agar RCI dapat menjadi wadah berkumpul yang positif, menerapkan aturan standar pelayanan dan etika, sehingga mampu memberikan kenyamanan kepada masyarakat luas.

Ketua Umum RCI Eko Purwanto mengungkapkan, Silatnas yang digelar selain sebagai barometer keaktifan RCI, juga untuk membahas berbagai kendala dan juga memberikan solusi agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat.(*)

Diduga Gelapkan Mobil Rental, Warga Sungai Jawi Ditangkap Polisi

Anggota Unit Jatanras Satreskrim Polresta Pontianak amankan seorang pria berinisial WN (53) warga Gg Bukit Gading, Sungai Jawi,  Pontianak Barat  yang diduga kuat pelaku pengelapan satu unit mobil rental, Kamis (30/8) malam sekitar pukul 20.20 wib

Kasat Reskrim Polresta Pontianak Kompol M Husni Ramli menuturkan WN di amankan terkait laporan dari Agus Supriyanto warga Sei Raya Kubu Raya ini dengan Laporan Polisi nomor : LP / 1657 / VIII / RES.1.11 /2018 / KALBAR / Resta PtK Kota, tanggal 23 Agustus 2018.

"Kejadiannya sekitar bulan Juli 2017 lalu, tersangka mendatangi rumah korban menyewa Mobil Toyota Avanza warna silver KB 1809 HB, namun hingga hari ini mobil tersebut tidak dikembalikan sehingga korban mengaku mengalami kerugian sebesar RP. 90 juta," kata Husni, Sabtu (1/9/2018).

Lanjutnya, WN berhasil di amankan setelah di lakukan penyelidikan, WN diamankan saat berada di daerah Komplek Perum Griya Tonjong Asri Block A 1 / 8 Rt / Rw : 06 / 06 Desa Waringin Jaya Kec. Bojong Gede Kab. Bogor ( Rumah Adik Iparnya ) ,

"Kemudian Unit Jatanras Satreskrim Polresta Pontianak melakukan kordinasi dengan Pers Sat Reskrim Polsek Bojong Gede. Kemudian Pada Hari Kamis tanggal 23 Agustus 2018 Pers Jatanras bergabung dengan Pers Sat Reskrim Polsek Bojong Gede untuk melakukan penangkapan kepada WN,"ujar Kasat Reskrim

"Hasil pemeriksaan sementara pada tersangka, bahwa rental mobil pontianak milik korban telah dipindah tangankan atau di gadaikan sebesar Rp. 25 juta dengan seorang pria di Jl. Tanjung Raya 2, Saigon,  Pontianak Timur," terang Husni.

"Saat ini kita sedang mmelakukan Penyelidikan dan Pengejaran ke pihak yang menguasai mobil korban, nama dan alamat orang tersebut sudah kita kantongi, ini sedang kita lakukan pemburuan,"pungkasnya.

Senin, 02 April 2018

Lwa Gajah Bali, Wisata Religi Goa Gajah Ubud Menyejukkan Hati

Pulau Bali memang tak pernah habis untuk dieksplorasi. Beragam destinasi wisata bisa dijumpai di Pulau Seribu Pura ini. Salah satunya adalah Goa Gajah yang terletak di Desa Berukuran, Kecamatan Blah batu, Kabupaten Gianyar. 
Sebetulnya, Goa Gajah Ubud tak memiliki hubungan langsung dengan hewan bertubuh besar tersebut. Goa Gajah sendiri sesungguhnya merupakan sebuah Pura, tempat persembahyangan umat Hindu Bali. Kata Goa Gajah diambil kata 'Lwa Gajah' sebagaimana tertulis dalam lontar Negarakertagama yang disusun oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi.
Lwa bermakna sungai, sementara Gajah bermakna tempat pertapaan atau semedi. Itu sebabnya, jika ingin memasuki areal suci ini pengunjung harus dalam kondisi suci. Bagi perempuan yang sedang masa haid tak diperkenankan memasuki areal Goa Gajah. 
Selain itu, nama Goa Gajah sendiri digunakan lantaran di dalam goa terdapat patung arca Ganesha. Jika dilihat dari kejauhan, bangunan goa tersebut juga mirip dengan gajah. 
Sejumlah wisatawan mancanegara lalu lalang di sekitar lokasi. Mereka tertarik mengikuti trip wisata religi yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata. 
Memasuki Goa Gajah, kita hanya cukup merogoh kocek Rp15 ribu bagi orang dewasa dan Rp7 ribu bagi anak-anak. Untuk masuk ke areal Goa Gajah, kita harus menuruni anak tangga. Usai menuruni beberapa anak tangga, kita akan melihat tumpukan batu bekas bangunan yang hancur karena gempa. Batu-batu itu disusun rapi sehingga menjadi obyek wisata tersendiri. 
Di sebelah kanan terdapat tujuh air mancur suci. Pengunjung dipersilakan turun ke pancuran air ini. Tak jauh dari sini, terlihat jelas mulut goa agar kita bisa masuk ke dalam. Dengan lebar dan tinggi sekira 2 meter, kita harus antre untuk masuk ke dalam goa. 
Masuk ke dalam, goa itu mirip huruf timbul, di mana terdapat percabangan ke kiri dan ke kanan. Di dalamnya terdapat arca tempat untuk melakukan ritual persembahyangan. Total ada tujuh patung arca di dalam goa ini yang ditaruh di dalam ceruk. Pada ujung barat lorong terdapat patung arca Ganesha. Sementara di ujung lorong bagian timur terdapat tiga lingga. 
Di sekitar areal Goa Gajah juga terdapat pohon-pohon berukuran besar yang konon usianya sudah berabad-abad lamanya. Tak ayal, keberadaan pohon-pohon itu semakin membuat sejuk di sekitaran lokasi. Jika Anda tertarik ke lokasi, jarak tempuh dari Kota Denpasar sejauh 26 kilometer dan memakan waktu sekira 1 jam perjalanan. Di sepanjang perjalanan banyak penunjuk arah untuk sampai ke Goa Gajah. 
Lokasi Goa Gajah berada di sebelah barat Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Gianyar. Goa Gajah terletak di tepi jurang pertemuan dari sungai kecil di desa tersebut. 

Kisah Tukang Reparasi Jam Tugu Jogja Malam Hari Tengah Malam, Mengais Rezeki Demi Adiknya yang Menderita Gangguan Jiwa

Satu tahun yang lalu tepat pada pukul 22:00 WIB di emperan toko perempatan Pingit Yogyakarta Nur Fatimah bertemu dengan sosok laki-laki tua yang mengenakan kemeja sedang membuka sebuah lapak.

Melihat fenomena yang cukup unik tersebut Fatimah memberanikan diri untuk menyapa pria tua tersebut yang diketahui bernama Projo Herwanto.

Diketahui bahwa pria yang biasa dipanggil Pak Projo tersebut sedang membuka lapak reparasi jam tangan.

Lapak tersebut sengaja ia buka di malam hari, karena di waktu pagi dan siang dirinya harus merawat adik perempuannya yang menderita gangguan jiwa.

Pertemuannya dengan Pak Projo lantas dituangkan dalam cerita yang diunggah di akun Line oleh Fatimah.



"Lahir di Yogyakarta pada 29 Agustus 1949, lelaki beruban ini bernama lengkap Projo Herwanto. Tamatan SMP 6 Yogyakarta ini mengarungi kehidupan nokturnal selama 24 tahun. Kehidupan langit gelap ia lalui bersama sepedanya. Aktivitas sehari-harinya cukup unik dan dinikmatinya sebagai suatu keberkahan tersendiri," tulisnya dalam cerita tersebut.

Selama 24 tahun menjalani profesi reparasi jam, Pak Projo tak memiliki kios.

“Wah, lha saya itu cuma mangkal pakai sepeda. Dulu pertama mangkal reparasi jam tahun 1992 di selatan Tugu," ucap Pak Projo yang dituliskan oleh Fatimah.

Sejak 2010, aktivitas mangkal reparasi jam di selatan Tugu Jogja malam hari pun harus dipindah karena larangan pemerintah.

Di kawasan Kotabaru, Pak Projo menggelar kain perlak sebagai alas alat-alat reparasi jamnya di depan Masjid Syuhada.


Ilmu reparasi jam didapatnya secara otodidak.

Bermula dari iseng-iseng, lalu berlanjut sebagai profesi hingga sekarang.

Sebelumnya, Pak Projo pernah bekerja di penerbitan majalah Djaka Lodhang dan penerbitan Taman Siswa sampai akhirnya diberi pesangon karena peremajaan perusahaan.

Pendapatan harian Pak Projo semata-mata diupayakan demi adik perempuannya.

Pak Projo adalah anak kedua dari delapan bersaudara.

Adik perempuannya, bernama Ganjar Utami (51) merupakan anak bungsu dan mengalami sakit gangguan mental sejak tahun 2003.

Ganjar diketahui telah menikah dan memiliki anak gadis, namun menurut Pak Projo ia hanya mau diberi makan olehnya.

Sejak menderita gangguan mental, Ganjar pernah dibawa ke rumah sakit jiwa untuk pengobatan.

“Adik perempuan saya itu sakit syaraf. Tidak bisa diajak komunikasi. Pernah dibawa ke rumah sakit jiwa, tapi malah disuruh operasi otak. Lha malah mati, ta?" uap Pak Projo.

Rutinitas sehari-hari Pak Projo dimulai dari Saman Blok 1, RT 3, Bangunharjo, Sewon, Bantul, menuju area jantung Yogyakarta.

Disebutkan oleh Fatimah pola kegiatan Pak Projo terkesan antimainstream karena kehidupannya dimulai dari matahari mulai condong ke barat.


Setiap sore pukul 15.00 WIB, Pak Projo berangkat ke rumah adik perempuannya di daerah Karangkajen untuk membelikan makanan untuk Ganjar.

Setiap sebelum makan, Pak Projo membasuh kedua tangan Ganjar.

Lalu, Pak Projo bersepeda dari Jalan Imogiri ke area Kotabaru.

Tak hanya sebagai tukang reparasi jam, Pak Projo juga menyulap dirinya sebagai tukang parkir di warung nasi goreng area Tugu.

Berpuluh-puluh tahun lelaki berkacamata ini hidup sendiri.

Menurut Fatimah Pak Projo pernah menikah dengan seorang janda asal Wonosari Yogyakarta, namun telah berpisah.

Istrinya ingin hidup sendiri bersama ketiga anaknya dan enggan tinggal di rumah Pak Projo di Bantul.

Hingga sekarang, ia tidak pernah berkomunikasi dengan istri beserta anak-anaknya.

Terbiasa hidup sendirian, berteman dengan kesepian, membuatnya hidup nrima.

Sebagai tukang reparasi arloji, dalam sehari ia mampu berpenghasilan sekitar 40 ribu sehari.

Belum lagi jika musim penghujan seperti awal tahun, hanya tersedia 25 ribu satu hari.

Pendapatan itu pun harus didistribusikan untuk kebutuhan konsumsi dirinya dan makan adik perempuannya.

Ia tidak pernah menyimpan uang sekarang.

“Udah tua, saya cuma tinggal meninggal saja. Pokoknya selagi mampu, saya harus keluar rumah setiap hari demi beli nasi buat adik. Ndak ada simpanan, harta nggak dibawa mati ta?” ujar Pak Projo kepada Fatimah.